JAKARTA – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa realisasi penerimaan pajak masih belum mencapai sasaran. Hingga Oktober 2025, total penerimaan baru berada di angka Rp1.459 triliun atau sekitar 70,2 persen dari target outlook sebesar Rp2.076,9 triliun.
Purbaya menjelaskan, capaian tersebut tidak bisa dinilai menggunakan tolok ukur normal karena kondisi perekonomian nasional masih berat. Ia menyebut lemahnya penerimaan pajak merupakan dampak dari lambatnya perputaran uang di masyarakat sejak 2024.
“Banyak yang menyoroti soal pajak seakan situasi sedang baik-baik saja. Padahal sampai September kondisinya belum pulih. Oktober baru mulai terasa pergerakan, itu pun belum benar-benar lepas dari tekanan. Jadi jangan menilainya pakai ukuran kondisi normal,” ujar Purbaya saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Sabtu (29/11/2025).
Karena situasi ekonomi belum stabil, menurutnya, menilai kinerja pajak dengan standar lazim justru tidak tepat. Ia juga menolak ide menaikkan tarif pajak demi mengejar target karena bertentangan dengan prinsip kebijakan countercyclical.
“Saya bisa saja menaikkan tarif pajak di berbagai sektor, tapi hasil akhirnya pasti lebih buruk. Ekonominya lagi melemah. Dalam kebijakan countercyclical, saat ekonomi sedang turun, justru tidak boleh diberi beban baru. Yang benar adalah memberikan stimulus besar-besaran,” jelasnya.
Purbaya menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin memperparah beban keuangan masyarakat maupun pelaku usaha.
Di tengah penjelasannya, Purbaya sempat melontarkan candaan saat beberapa anggota DPR menanyakan soal target penerimaan pajak.
“Saya juga mau penerimaan pajak tembus target. Kalau bisa, ya kita gas saja. Terutama pajak anggota DPR kita naikkan nih. Tapi saya bisa-bisa digebukin nanti,” katanya sambil tertawa.
Meski berseloroh, Purbaya tetap optimistis bahwa pemberian stimulus kepada masyarakat dan dunia usaha akan memulihkan ekonomi, yang pada akhirnya mendorong peningkatan penerimaan pajak secara alami.
Sumber : mercatotomatopienewark.com
Editor : Pttogel